Lingkungan Anak Bangsa ( LIBAS ) Temukan Banyak Sumber Mata Air yang Hilang Pasca Bencana Longsor & Banjir di Kabupaten Garut

Berita1027 Dilihat

Garut Sinarpriangan com.­

Mata air sebesar ibu jari mengalir keluar dari sela-sela tanah bekas longsor pada tebing setinggi 25 meter. Alirannya terbendung tanah longsor dan pohon tumbang.

Nampak jelas wilayah tangkapan air di sekitar mata air rusak. Sebab, tanah di sekitarnya penuh dengan tanaman kubis, sawi, dan kentang. Pohon yang tumbuh di antara tanaman kubis, sawi, dan kentang yang jumlahnya dapat dihitung dengan jari.

Tedi menuturkan kepada awak media sabtu 01/10/22, bahwa di sana ada pemandangan yang membuat mata perih, kulit pohon-pohon di antara tanaman kubis nampak bekas dikuliti. Entah siapa yang melakukannya, tapi tujuannya untuk membunuh pohon secara perlahan.

“Mata air di tengah lahan kritis itu membentuk sebuah parit kecil, semakin ke hilir semakin melebar dan menjadi Sungai Cikamiri sepanjang 20 kilometer. Cikamiri adalah salah satu anak Sungai Cimanuk. Hulunya terletak di Gunung Darajat blok Puncak Cae”.imbuhnya.

Tedi juga menyampaikan, sungai Cikamiri bermuara di Sungai Cimanuk yang terletak di Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul. Cikamiri menjadi salah satu sungai penyumbang air bah terbesar saat Cimanuk meluap dan menelan puluhan korban jiwa.

Sepanjang jalan menuju Puncak Cae melalui kawasan wisata Gunung Darajat terdapat tujuh titik longsor. Longsorannya menutupi bahu jalan. Longsor tersebut seolah mengungkapkan kondisi hutan yang kritis.

Masih ucap, Tedi, melihat kondisi hutan di hulu sungai seperti itu, diperkirakan suatu saat akan terjadi banjir bandang lagi. Ratusan mata air kondisinya sudah tidak sehat. Wilayah tangkapan airnya gundul.

“Kami khwatit Suatu saat bisa menjadi bom waktu, mungkin akan terjadi hal serupa (banjir bandang) kalau tidak segera ditangani dengan baik, ini perlu sikap dari semua pihak baik pemerintah maupu swadaya masyarakat yang ada dikabupaten garut yang berkopetensi menjadi pemerhati lingkungan dan cinta terdapa lingkungan” ujar, tedi.

Pewarta/publikasi : Endang.supardin.