Sinarpriangan.com – Angka kasus HIV pada pasangan laki-laki sesama laki-laki (gay) mengalami peningkatan di seluruh dunia. Bukan hanya di negara maju namun di negara berkembang seperti Asia Selatan, Afrika, Asia tenggara juga mengalami peningkatan.
Termasuk di Indonesia, kasus HIV yang disebabkan kasus sesama jenis dalam hal ini gay, mengalami peningkatan.
Lalu dimanakah hubungan antara peningkatan kasus HIV dengan gay? Bukankah hubungan lawan jenis juga memiliki risiko penularan HIV?
Hubungan Penularan HIV dengan Gay
Mengutip Hellosehat, HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang sangat berbahaya karena menyerang sistem kekebalan tubuh.
Virus HIV juga dapat berkembang biak dan menggandakan diri dalam sel tubuh manusia.
Virus ini sudah dikenali sejak tahun 1950-an dan hingga saat ini kabarnya belum ada obat yag mampu menghentikan infeksi virus HIV.
Adapun pengobatan yang diberikan pada pasien pengidap HIV, hanya untuk meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat meredakan gejala-gejala HIV.
HIV dan penyakit menular seksual lainnya sebetulnya sama-sama bisa ditularkan melalui hubungan seks tanpa alat kontrasepsi dan atau dengan pasanga yang bergnti-ganti.
Artinya, baik pasangan gay maupun pasangan lawan jenis, memiliki risiko terserang HIV. Lalu dimana pengaruh gay dengan meningkatnya infeksi HIV?
Ada beberapa penyebab kenapa hubungan gay bisa mempengaruhi tinggiya infeksi HIV. Alasan tersebut sangat beragam dan rumit, mulai dari faktor biologis, gaya hidup dan sosial.
Itulah yang menjadi alasan kenapa pencegahan kasus HIV pada pasangan gay lebih sulit dilakukan.
Risiko Penularan HIV Lewat Seks Anal (dubur)
Bagi pasangan gay, seks anak menjadi pilihan yang umum. Walaupun banyak pula pasangan beda jenis yang melakukannya.
Nah dari penelitian yang dimuat dalam International Journal of Epidemiology mengungkapkan bahwa tingkat risiko penularan HIV lewat seks anal lebih besar 18% dari penetrasi vagina.
Hal itu bisa dijelaskan karena jaringan dan lubrikan alamiah pada anus dan vagina sangat berbeda. Dalam Vagina memiliki banyak lapisan yang bisa menahan infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja.
Kemudian, anus juga tidak memproduksi lubrikan alami seperti vagina. Hal itu membuat kemungkinan terjadinya luka atau lecet ketika penetrasi anal menjadi lebih tinggi. Nah luka inilah yang bisa menyebarkan infeksi HIV.
Infeksi HIV juga bisa terjadi apabila terjadi kontak dengan cairan rektal pada anus. Cairan rektal sangat kaya akan sel imun sehingga virus HIV mudah melakukan replikasi atau penggandaan diri.
Karena itu cairan rektal menjadi sarang bagi virus HIV. Maka jika pasangan yang melakukan penetrasi telah positif HIV, virus ini akna cepat berpindah pada pasangannya melalui cairan rektal di anus.
baca juga: Tanggulangi Masalah LGBT di Garut Harus Dibuatkan Produk Hukum
Sebaliknya, anus tidak memiliki sistem pembersih alami seperti vagina, sehingga pencegahan infeksi HIV lebih sulit dilakukan jika melalui hubungan seks anal.
Seks Bebas Tanpa Alat Kontrasepsi
Pada umumnya, kaum penyuka sesama jenis baik dari kalangan gay, biseksual, lesbian dan transgender (LGBT), memiliki lingkaran pergaulan dan komunitas yang lebih sempit dibanding heteroseksual.
Hal itu terjadi karena hubungan sesama jenis dianggap terlarang di masyarakat. Hal itu membuat mereka membuat komunitas tersendiri yang lebih sempit.
baca juga: Forsiaga Desak Bupati Garut dan DPRD Bentuk Perda Anti LGBT
Namun komunitas LGBT umumnya memiliki jaringan dan hubungan yang lebih erat.
Dengan sempitnya hubungan ini, mereka pun bergonta ganti pasangan dari komunitas yang sama.
Hal itulah yang kemudian menyebabkan penularan HIV menjadi lebih cepat ketimbang kasus hubungan seksual beda jenis.
baca juga: LGBT di Garut Meningkat? Al Quran Berbicara Tentang Kaum Gay
Ditambah lagi, banyak diantara pasangan sesama jenis yang tidak menggunakan alat pengaman seperti kondom ketika menyalurka hasratnya.
Tidak Memeriksakan Diri
Stigma negatif tentang kaum LGBT dan HIV menyebabkan penyuka sesama jenis takut untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
baca juga: Bahaya LGBT dan Faktor yang Menyebabkannya
Padahal dengan memeriksa kesehatan dan memberi pengobatan, bisa menunda atau menekan menyebaran HIV.
Hal itulah yang menyebabkan kaum penyuka sesama jenis lebih berisiko HIV. (*)