Garut Sinarpriangan news com.
Di balik musibah banjir yang melanda 8 kecamatan di Kabupaten garut, ada sebuah cerita nyata, warga Rw.14 kelurahan paminggir kecamatan garut kota temukan Ikan berukuran Raksasa, jenis kancra dengan panjang 2 meter dan bobot 50 kg.
Di ceritakan salah seorang warga yang bernama (cecep) yang pada saat itu sedang menyaksikan Ikan tersebut sudah di bawa berada di halaman rumah warga, ketika bercerita bahwa ikan raksasa tersebut bermula ditemukan warga sudah terdampar di bibir sungai cipeujeuh dalam keadaan Lemas tapi mulutnya masih mengeluarkan napas, seketika itu juga 6 warga membawanya ke pemukiman, dan setelah dibawa di geletakan jadi tontonan warga yang menyaksikan akhirnya setelah berembug musyawarah IKAN KANCRA RAKSASA tersebut, berencana di sembelih dan dagingnya akan di bagikan kepada warga sekitar itupun kalau mau mengkonsumsinya, ujar cecep.
Berikut cuplikan keterangan dari seorang ahli perikanan dan peternakan, terkait ditemukan ikan kancra raksasa yang di temukan warga yaitu, nama yang disandang ikan air tawar pribumi yang memiliki nama latin (Torsp ) ini memang beragam, di Jawa Barat dipanggil dengan nama ikan Kancra, di Jawa Tengah dan Timur dikenal dengan nama ikan Tombro, di Sumatera bagian selatan dipanggil dengan nama ikan Semah, di daerah lainnya, nama sebutannya adalah ikan Batak, ikan Curong, ikan Lempon, ikan Ihan, ikan Sepan, ikan Kelah, ikan Masheer, ikan Torsoro dan ikan Dewa.
Nama sebutan terakhir di atas yakni ikan Dewa belakangan memang yang dipopulerkan untuk digunakan memanggil ikan dengan nama latin Tor soro . Nama Dewa ini muncul diduga karena jenis ikan konsumsi yang memiliki harga mahal ini sejak dulu sering ditemukan menghuni kolam dan telaga larangan yang dikeramatkan oleh masyarakat. Ikan Dewa yang dikeramatkan tersebut, tidak boleh ditangkap sembarangan, namun harus melalui ritual khusus.
Selain dikeramatkan, jenis ikan dari keluarga ikan karper dari suku Cyprinidae ini juga tergolong langka. Satu lagi, di dalam wadah budidaya ikan ini juga tergolong lambat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu setahun lebih. Boleh jadi karena itulah ikan ini memiliki harga mahal, ratusan ribu rupiah sekilonya. Pada saat tahun baru Imlek, harganya konon bahkan bisa mencapai jutaan rupiah sekilonya.
Ikan langka ini dan kerap dengan mitos berdasarkan sejumlah hasil kajian dan penelitian, di Indonesia ditemukan sedikitnya empat jenis ikan dari genus Tor yakni Tor tambroides, Tor tambra, Tor soro dan Tor douronensis. Namun beberapa peneliti ada yang menganggap bahwa klasifikasi ikan jenis ini masih rancu sehingga masih diperlukan kajian lebih lanjut di Indonesia, ikan ini bisa ditemukan di sejumlah daerah di antaranya di Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Di alam aslinya, ikan jenis ini senang hidup di sungai di daerah pegunungan yang memiliki aliran deras. Di alam aslinya, jenis ikan ini (semah dan tombro) dilaporkan bisa hidup dan tumbuh hingga sepanjang lebih dari satu meter dengan berat lebih dari 50 Kg. Ikan yang mencapai ukuran tersebut umurnya diperkirakan sudah mencapai belasan bahkan puluhan tahun karena jenis ikan ini dikenal memiliki pertumbuhan yang lambat. Di alam aslinya (di beberapa daerah), jenis ikan ini sudah tergolong langka. Boleh jadi karena itulah, harganya di pasaran tergolong mahal.
Dalam Rilisanya,
Meski ikan ini harganya relatif mahal, ikan Dewa yang diabadikan sebagai relief di dinding Candi Borobudur ini belum banyak dibudidayakan oleh pembudidaya ikan padahal sudah sejak tahun 2011 lalu Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui SK No: 66/Men/2011 tertanggal 29 November 2011 telah merilis jenis Ikan Torsoro atau bahasa latinnya (TorSoroValenciennes).
Ikan Torsoro yang dirilis KKP tersebut merupakan hasil domestikasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (sekarang jadi Balai Riset PerikananAir Tawar dan Penyuluhan Perikanan) Bogor yang dikoleksi dari Sumatera Utara (Arek Sirambe dan Tarutung) dan Jawa barat (Kuningan), Selain sudah dirilis, dalam rangka pembinaan populasi Ikan Dewa (Tor soro) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) juga telah melakukan translokasi ikan dewa yang masih berupa anakan dari kolam pemijahan Cijeruk Bogor ke dalam kawasan TNGC.
Translokasi tersebut merupakan salah satu upaya konservasi ikan dewa agar tetap terjaga kelestariannya,di alam khususnya di Kawasan TNGC sehingga tetap terjaga menjadi kebangaan masyarakat Kuningan (Jawa Barat). Di Kuningan, ikan Dewa banyak ditemukan di kolam pemandian keramat di kolam Cibulan, Cigugur, Pasawahan, Linggajati, dan Darmaloka, pungkas (Agus Rochdianto, Penyuluh Perikanan Madya di Tabanan).
(Endang.Supardin)