GARUT, Sinarpriangan.com – Dalam rangka Hari Pangan Sedunia, Pemerintah Kabupaten Garut mengadakan Gelar Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) Terpadu bertajuk “Berbagi Bakti Satu Dekade Rudy-Helmi”. Acara ini berlangsung di Lapangan Trikarya, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, dan dibuka oleh Wakil Bupati Garut, dr. Helmi Budiman, Selasa (24/10/2023),
Helmi Budiman mengatakan, Gerakan Pangan B2SA Terpadu adalah kombinasi dari empati, edukasi, dan aksi, yang harus dirasakan langsung oleh masyarakat. Meskipun Kabupaten Garut memiliki sumber daya alam yang cukup, keterbatasan daya kerja masih menjadi faktor yang mempengaruhi krisis pangan di wilayahnya.
Lebih lanjut, Helmi Budiman menyampaikan rasa syukurnya, karena di akhir masa kepemimpinannya bersama Bupati Garut, Rudy Gunawan bisa mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat berupa insentif fiskal sebesar Rp25.4 Miliar. Namun, hal ini tidak membuat Pemkab Garut berhenti dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan stunting.
“Maka sampai hari ini pun kita merasakan imbas dari pada krisis pangan yang seringkali disampaikan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah,” ujar Wabup Garut.
Upaya tersebut, kata Helmi, salah satunya dengan pelaksanaan Gelar Pangan B2SA Terpadu, yang didalamnya terdapat Gelar Pangan Murah (GPM).
“Pada hari ini kita terus melakukan upaya-upaya bagaimana terus menurunkan angka kemiskinan dan juga angka stunting, dengan kegiatan yang kita lakukan pada hari ini,” lanjutnya.
Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sri Nuryanti, memberikan apresiasi atas upaya Pemkab Garut dalam menyelenggarakan acara gerakan terpadu ketahanan pangan, dalam bentuk GPM, Gerakan B2SA, dan fasilitasi registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Dalam Negeri Usaha Kecil (PSAT-PDUK). Menurutnya, pangan yang memenuhi prinsip B2SA adalah investasi bagi kesehatan dan produktivitas manusia.
Ia menuturkan jika pola pangan baik yang berprinsip kepada B2SA akan menjadi investasi bagi manusia, karena memberikan asupan tubuh dengan pangan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, akan membuat hidup aktif dan produktif ke depannya.
Pada kesempatan ini, Sri mengajak semua pihak untuk menerapkan pangan B2SA dengan tiga langkah sederhana: memakan aneka pangan yang beragam dengan porsi cukup, memastikan bahan pangan aman, dan mendukung produk pangan lokal nusantara.
“Karena kalau tidak aman itu bukan pangan,” tutur Sri.
Plt. Kepala DKP Kabupaten Garut, Yani Yuliani, menjelaskan tujuan dari Gerakan Pangan B2SA Terpadu ini adalah meningkatkan kualitas konsumsi gizi masyarakat, khususnya kelompok rentan gizi. Selain itu, gerakan ini juga bertujuan untuk mengembangkan potensi pangan lokal, mempermudah akses terhadap pangan, dan memastikan ketersediaan pangan aman dan berkualitas.
baca juga: Bupati Garut Jadi Irup Dalam Upacara Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2023
Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian para pelaku usaha dalam menyediakan pangan yang aman dan berkualitas melalui pelayanan perizinan registrasi PSAT – PDUK serta pengujian pangan aman.
“Sasaran dari kegiatan ini, yaitu balita stunting, masyarakat dengan keterbatasan mengakses pangan B2SA, masyarakat dengan keterbatasan dalam menjangkau pangan,” kata Yani.
baca juga: Bupati Garut Rotasi Dua Pejabat Tinggi Pratama di Lingkungan Pemkab Garut
Dalam Gerakan Pangan B2SA Terpadu ini, lanjut Yani, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan yaitu gerakan makan B2SA yang dibagikan secara gratis, GPM, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita stunting di wilayah Kecamatan Sukawening, dan pelayanan perizinan registrasi PSAT – PDUK.
Dalam kegiatan ini, DKP Kabupaten Garutjufa menyediakan 250 lunch box B2SA dan 156 PMT. Selain itu, dalam Gelar Pangan Murah (GPM), disiapkan 2 ton beras, 500 liter minyak goreng, 200 kg telur ayam, 100 kg terigu, dan 100 kg gula pasir.
Dengan upaya bersama ini, Pemkab Garut berharap dapat mengatasi krisis pangan dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama mereka yang berada dalam kelompok rentan gizi.