Garut Sinarpriangan com.
Berawal dari adannya salah seorang warga garut, yang bernama (U.A) usia 48 tahun, keluhkan keperluanya mengurus dokomennya dalam hal hanya melaporkan kepindahan status tempat tinggalnya ke Tasikmalaya.
waktu itu UA telah 2 kali bolak balik ke disdukcapil sambil membawa kelengkapan berkasnya, tapi tetap saja pelayan di teras depan hanya memberikan secarik kertas yang bertuliskan ” PANDU ONLINE DISDUKCAPIL” ungkap UA walaupun dirinya sadar bahwa tidak punya HP jenis Android setidaknya bisa menanyakan ke saudaranya di rumahnya, yang setadinya UA pikir disdukcapil garut dengan berkas lengkapnya dapat segera merealisasi pernohonanya, tapi tetap saja tangan hampa tidak membawa hasil.
sedangkan surat tersebut harus segera di terima mengingat untuk keperluanya mengurus BPJS kesehatan yang pada saat itu anaknya sedang di terbaring di Rumah sakit.
Singkat cerita UA pulang ke rumahnya dan ketemulah dengan saudaranya yang bernama DN, keluhan UA disampaikan kepada WARTAWAN yang bernama ENDANG SUPARDIN, melalui telpon sambungan whassap, DN pun memohon untuk minta solusi dan bantuanya terkait keperluan saudaranya tersebut, keesokan harinya berkaspun disampaikan kerumah wartawan sambil UA bertanya apakah dengan berkas yang dibawanya itu ada yang kurang atau cukup, sejenak ES menganalisa berkas tersebut dari mulai @.KTP + KK plus surat keterangan pindah dari desa dan form f3 dari kantor kecamatan, setelah itu ES berangkat ke disdukcapil, setelah sampai ES pun tidak semena semena masuk dapur disdukcapil walaupun dari setingkat kadis, sekdis dan kabid tau pada ES tapi ES tetap mengacu pada prosedural pemohon lainya yang sama sama ikut antrian, namun ketika kami meminta nomor antrian kepada petugas pelayanan yang bernama (SUR) petugaspun menanyakan buat siapa, ES pun menjawab buat saudaranya, SUR pun menjawab dengan nada ketus harusnya tidak diwakilkan, orangnya harus datang baru antrian diberikan ujar SUR pada ES.
percekcokan mulutpun terjadi dan sempat di lerai oleh petugas security, selanjutnya karena tekad ES ingin membantu orang yang lagi kesusahan dan akhirnya menemui loket 4 bidang pindah datang yaitu Riki, dengan ramahnya RIKI menerima fisik berkas tersebut dan menyatakan lengkap sambil minta di isi nomor HP, dan Email karenan hasilnya akan melalui Email, sambil menambahkan nggak apa apa kalau pemohon tersebut tidak punya HP android, bisa nomor pa ES aja ujar Riki diloket 4 dengan penuh bijaksana.
Selanjutnya ES pun setelah berkomonikasi di loket 4, langsung menuju kembali ke petugàs layanan untuk minta nomor Antrian, eh tanpa di duga sambil memberikan nomor antrian (SUR) pun lagi lagi berkata harus di hadirkan orangnya nggak bisa diwakilkan, jelas ES terpancing lagi emosinya, tapi tetap sabar dengan kata lain biarlah mudah mudahan pemohon yang bernama UA mau datang ke Disdukcapil walaupun dia sedang di rumah sakit, dan alhamdulilah walaupun jauh akhinya datang dan langsung menuju loket 4, tapi kedatangan UA juga tidak berpengaruh tidak ada pemeriksaan atau hal hal lain, karena menang realisasi hasilnya pun sudah jelas akan masuk ke email ES.
Sambil menuju pulang dari loket ES sempat bilang, alah didinya jiga aturan ti malaikat wae, jelema geus datang geuning eweuh pertantaan naon naon ceuk loket 4 oge, SUR pun menjawab ulah popolotot atuh, ke weh mun beres tugas sok we diluar urang bereskeun, kalau nggak salah dengar ujar ES didinya buka baju.
Atas kejadian ini pelayanan disdukcapil garut, yang dirasa jauh dari kata ramah atau murah senyum takala masyarakatnya membutuhkan kepentingan dokumen pribadinya seperti KTP, AKTE KELAHIRAN,KK, dan keperluan lainya.
Hal pelayanan ini tentu harus dilaksanakan oleh pihak disdukcapil secara persuasif, sebab masyarakat belum paham tentang pelayanan online apalagi tidak memiliki HP, ditambah wawasan dan SDM yang berbeda juga minimnya tingkat sosilisasi terutama di pinggiran wilayah terpencil kabupaten garut, Suatu insident yang terjadi di disdukcapil 22/06/22, merupakan cambuk dan harus lebih meningkatkan pelayanananya, agar kejadian tak terulang lagi, Presiden RI saja pernah mengatakan layanilah masyarakat dengan sebaik baiknya, kalaulah bisa mudah kenapa harus dibuat sulit.
Menyikapi permasalahan ini yang mungkin sudah kesekian kalinya dari rangkaian pengaduan dan keluhan warga garut untuk bisa dilayani maksimal disdukcapil, supaya tidak berdampak buruk ocehan berkepanjangan terhadap warga, disikapilah 23/06/22, oleh KOALISI LEMBAGA BERSATU ( KLB ) di ketuai Iskandar dan SOLIDARITAS KOMONITAS WARTAWAN PEJUANG KEADILAN (KWPK) di ketuai oleh Solihin Afsor dengan didampingi Jouhendi akan melayangkan surat permohonan Audensi di DPRD garut.
***( HN / RED )***